Hasil Laut Melimpah, Harga Jual Ikan Menurun
SABAKUPDATE.COM, MUARASABAK - Harga jual ikan hasil tangkapan nelayan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), mengalami penurunan mencapai 60 sampai dengan 70 persen dari harga normal. Padahal hasil tangkapan para nelayan saat ini cukup melimpah.
Menurunnya harga jual ikan tersebut diakibatkan jalur perdagangan untuk export dan import dibatasi karena merebaknya wabah Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) yang telah masuk di Indonesia dibeberapa daerah.
Dampak dari itu membuat para nelayan dan toke-toke ikan di Tanjabtim mengeluh. Seperti dikeluhkan udin, salah seorang nelayan Lambur luar. Dia mengatakan, penurunan ini sebenarnya sudah sering terjadi, namun kali ini cukup parah.
"Hasil tangkapan lumayan. Dari segi alat tangkap apapun jika nelayan turun melaut hasilnya melimpah. Namun tidak sesuai dengan harga di pasaran," katanya.
Sehingga lanjutnya, membuat melayan wilayah pesisir mengalami kerugian. Baik tenaga maupun ongkos yang harus dikeluarkan saat akan beraktifitas di laut.
"Ada juga toke yang tidak mau anak buahnya turun saat sekarang ini. Karena lebih besar ongkos dari hasi tangkapan," ujarnya.
Sementara itu, toke ikan di Kuala Jambi melalui manager pemasarannya, Mardin mengaku, harga jual ikan semenjak wabah virus Corona ini mengalami penurunan. Sebab, jalur perdagangan untuk ekspor dan impor dibatasi.
"Misalnya, harga normal ikan bawal BB untuk exspor Rp 200 ribu per Kg, kini menurun menjadi Rp.100 ribu per Kg. Sedangkan untuk ikan bawal hitam dari nelayan Rp 35.000. Itu saja nelayan mengeluh," ungkapnya.
Hal senada juga dikatakan Kaspul, salah seorang penampung ikan di Kecamatan Kuala Jambi, hasil tangkapan jenis udang Sualo yang sebelumnya Rp 30.000 kini hanya Rp 26.000 saja, bahkan ada harga jenis udang yang di jual Rp 5.000.
"Nelayan lebih banyak menjual keluar daerah. Karena di luar daerah harga masih stabil," ujarnya.
Meski harga murah dirinya mengatakan, penjualan tidak normal. Karena hampir rata-rata pembeli hasil tangkapan nelayan adalah warga luar kecamatan.
"Kondisi pembeli juga tengah sepi. Kita pun beli sama nelayan seadanya saja," tandasnya.(adk)
Menurunnya harga jual ikan tersebut diakibatkan jalur perdagangan untuk export dan import dibatasi karena merebaknya wabah Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) yang telah masuk di Indonesia dibeberapa daerah.
Dampak dari itu membuat para nelayan dan toke-toke ikan di Tanjabtim mengeluh. Seperti dikeluhkan udin, salah seorang nelayan Lambur luar. Dia mengatakan, penurunan ini sebenarnya sudah sering terjadi, namun kali ini cukup parah.
"Hasil tangkapan lumayan. Dari segi alat tangkap apapun jika nelayan turun melaut hasilnya melimpah. Namun tidak sesuai dengan harga di pasaran," katanya.
Sehingga lanjutnya, membuat melayan wilayah pesisir mengalami kerugian. Baik tenaga maupun ongkos yang harus dikeluarkan saat akan beraktifitas di laut.
"Ada juga toke yang tidak mau anak buahnya turun saat sekarang ini. Karena lebih besar ongkos dari hasi tangkapan," ujarnya.
Sementara itu, toke ikan di Kuala Jambi melalui manager pemasarannya, Mardin mengaku, harga jual ikan semenjak wabah virus Corona ini mengalami penurunan. Sebab, jalur perdagangan untuk ekspor dan impor dibatasi.
"Misalnya, harga normal ikan bawal BB untuk exspor Rp 200 ribu per Kg, kini menurun menjadi Rp.100 ribu per Kg. Sedangkan untuk ikan bawal hitam dari nelayan Rp 35.000. Itu saja nelayan mengeluh," ungkapnya.
Hal senada juga dikatakan Kaspul, salah seorang penampung ikan di Kecamatan Kuala Jambi, hasil tangkapan jenis udang Sualo yang sebelumnya Rp 30.000 kini hanya Rp 26.000 saja, bahkan ada harga jenis udang yang di jual Rp 5.000.
"Nelayan lebih banyak menjual keluar daerah. Karena di luar daerah harga masih stabil," ujarnya.
Meski harga murah dirinya mengatakan, penjualan tidak normal. Karena hampir rata-rata pembeli hasil tangkapan nelayan adalah warga luar kecamatan.
"Kondisi pembeli juga tengah sepi. Kita pun beli sama nelayan seadanya saja," tandasnya.(adk)
Tag:
Sabak Update